Senin, 19 Januari 2009

Tempat untukmu dan untukku
Duduk bersama, dan barangkali menanti kelanjutannya...

Posting pertama saya lahir dari sebuah kecelakaan.
Kecelakaan, karena dia mencelat, lahir dan hadir di halaman web karena kebodohan saya. Tangan yang gemetar karena terlambat makan siang membuat langkah mouse justru menyerempet kotak merah "TERBITKAN ENTRI" dari pada dengan tegas menyenggol kotak biru, "SIMPAN SEBAGAI KONSEP."

Dan demikianlah. Dengan pandangan tak rela saya tatap tulisan pertama saya. Betapa anehnya menatap sebuah karya yang pergi begitu saja tanpa pamit. Tanpa dibekali dengan kata pengantar, catatan kaki, dan daftar isi;  melangkah pergi dengan percaya diri. Dia bukan puisi. Hanya rentetan kalimat sederhana yang terdiri dari sepuluh kata plus sebuah koma dan tiga buah titik yang bebaris malu-malu.
Sungguh saya tak rela.

Saya kemudian menatapnya. Lengkap dengan pandangan sayu, tarikan nafas yang seret (plus ingus yang mengambang di ujung liang hidung), dan helaan nafas. Dan ia cuek begitu saja. Seolah tak peduli dan sama sekali tak balas menatap. Tidak ada permohonan maaf, ucapan selamat tinggal atau ungkapan terimakasih.

Tiba-tiba saya disergap kesepian. Apakah seperti ini perasaan si-Tuhan (jika dia sebuah sosok personal), saat ia mencipta saya? Kalau iya? Rasanya saya ingin berbisik padanya, "Kasihan deh Eloe!" Tapi kali ini tanpa niat meledek, namun dengan ungkapan tulus. 
Sebaris kalimat tak usai itu kok rasanya seperti diri saya. Begitu Pede, melangkah ke tengah hidup. Kabur begitu saja dan maaf, sama sekali bukan karena lupa, tidak menghiraukan pencipta saya (sekali lagi jika ia adalah se-orang sosok yang personal).

Sekarang saya duduk di depan layar komputer. Mengetik kata-kata baru yang tak ada hubungannya dengan dia. Mengomentarinya, meratapinya dan Hemmmh mengaguminya. Kagum, bahwa ternyata sebaris kalimat yang "wagu" itu ternyata kini terlihat begitu indah. Sederhana, dan mengandung posibilitas yang tak terduga. 

Sebaris kalimat itu malah terasa lebih bermakna, lebih imaginatif dan menyapa dari pada berondongan kalimat-kalimat dan paragraf baru yang saya buat untukknya sekarang.

Dan Tuhan, 
Seperti itu juga kah perasaan-mu terhadap aku sekarang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar