A NINE DAYS’ WONDER
A Nine days wonder
Looking back as the sun goes down
As times goes by, a sketch of life
On the wall worn out.
One day he says
In a usual tone
That I don’t shine anymore
So I laughed and said, can you bring it back
He stands alone watching the leaves fall
So many places, so many ways
There’s no way home, nowhere I belong
So many faces fade away
And then life’s goes on
So many places, so many ways
There’s no way home, nowhere I belong
Off the rails dream away
The amber lights flicker out
An old soldier lives in the dark
Says light only causes pain
Now I don’t listen to him this time
I packed my bag and I walked to the bus stop
Stars start falling down like a yellow rain, like fireworks
I stand alone watching the stars fall
So many places, so many ways
There’s no way home, nowhere I belong
So many faces fade away
And then life’s goes on
So many places, so many ways
There’s no way home, nowhere I belong
So many faces fade away
And then life’s goes on
Still living in the worlds now
Hold on there
And then life’s goes on
Still living in the world we now
Hold on there
And then life’s goes on
Lagu ini ditulis dan dinyanyikan oleh Yoshio Akeboshi, seorang penyanyi asal Jepang. Entah mengapa kesederhanaan kata-katanya memukau saya. Ia bernyanyi seperti orang bertutur. Lugas dan jelas. Tanpa banyak bunga, namun menunjukkan kepiawaian memilih kata.
Akeboshi lebih dikenal di Indonesia sebagai penyanyi yang lagunya kerap dijadikan ending song Film Anime NARUTO. Lagu, "Wind" dijadikan lagu penutup seri anime ini selama beberapa episode awal, sementara "Yellow Moon" menemani kita saat menyaksikan season 4 anime tersebut.
Saya kerap mengagumi serial Anime Jepang. Sebuah tontonan yang di negeri kita kerap diidentikkan sebagai "konsumsi anak-anak" ternyata masih bisa disisipi dengan lagu-lagu yang bermakna mendalam, dan dalam bahasa bego saya .....dewasa! Kekaguman ini membuat saya terdorong untuk mengagumi kemampuan para musisi Jepang dalam mengolah lirik lagu.
Jika kita mencermati lagu-lagu populer yang beredar di pasaran negeri ini, komentar yang spontan muncul adalah...."Kok simpel banget, ya?....dangkal dan hmmmm, rada dungu!" Kebanyakan (untuk tidak mengatakan semuanya) hanya berkisah mengenai cinta dan masalah diseputarnya. Jatuh cinta, patah hati, selingkuh dan tema-tema standar lain, dengan bahasa dan makna yang seadanya. Asal bunyi doang.
Saya tidak menuntut bahwa sebuah lagu cinta haruslah puitis. Kata-kata bolehlah sederhana, namun alangkah indahnya jika ia punya makna yang membuat orang "jadi mikir," dan pada akhirnya berucap.... wow!
Rasanya tak adil jika saya hanya "ngomel doang." kekaguman ini, kerisauan ini, boleh jadi sebuah permintaan dan tantangan buat saya, "Man, kapan elo bikin lirik seperti yang lo maksud?"
Barangkali saya juga sedang diadili oleh diri saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar