Jumat, 23 Januari 2009

CintA.... Eros, Agape, EgepE






















Ada yang mau menjawab pertanyaan, "Apakah itu cinta?"
Jika Mbak Dewi Lestari-Dee, mau menjawabnya
lengkap dengan peragaan mengupas bawang,
Maka saya lebih memilih melarikan diri,
atau jika sudah terpojok dan tak punya tempat kabur
saya memilih untuk diam,
bagai anak domba yang dibawa ke tempat pembantaian,
bagai Induk domba yang membisu di depan orang
yang mencukur bulu (ketek) nya!

Sungguh, pertanyaan macam itu membuat saya
bisa langsung mual karena panik.

Nah, pertanyaannya adalah mengapa?
Apakah saya tak pernah jatuh cinta?.....
Hem, selalu! Setiap hari malah!
Apakah saya kapok jatuh cinta? ......
Lho, kok kapok? Bukannya jatuh cinta enak?
Apakah saya punya pengalaman buruk dalam cinta? .......
Oh, Cencu saja? Emang siapa yang enggak pernah?
Apakah saya tahu, apa itu cinta? .......... Hemm..... hem....
Tuuuuuuuuuuuuuuuuut (Disconnect!)

Selama menempuh perjalanan dengan si-Cinta
(maksudnya tentu saja bukan sama Dian Sastro dalam AADC, lho ya?),
saya cenderung merasa bingung,
kurang nyaman dan merasa rada munafik.
Bukan karena sering kali terpaksa berseru,
"pecahkan saja gelasnya biar ramai!"
namun karena saat mulai mencintai orang
saya merasa pada saat itu juga
saya mengkhianatinya!

KOk bisa?
Waktu baru jatuh cinta,
si-Dia biasanya tampil luar biasa di mata saya,
lengkap dengan efek taburan cahaya, dan tiupan angin di rambutnya.
Sayang saat hubungan cinta mulai berjalan,
saya merasa bahwa efek-efek tadi mulai kurang berdaya.
Saya butuh sesuatu yang lebih......

Yang lebih itu adalah, yaaah....
Semacam dan sejenis
yang berupa sexual touching atau apalah......
Dan pada akhirnya jadi sex intercourse.....!

Dulu....
Saya diajari bahwa salah satu jenis cinta yang hanya berdasar nafsu saja
dinamai dengan Eros, salah satu dewa Yunani anak BuDhe Aphrodite.
Cinta Eros dikonsepkan (betapa benci saya dengan konsep)
sebagai cinta dengan porsi nafsu seksual yang lebih banyak
dari porsi nasi Warung Tegal.

Saya juga diberitahu
bahwa ada cinta yang diberi nama lumayan keren,
cinta Platonik.
Cinta yang seaneh Bung Plato
karena tak melibatkan unsur seksual.
Relasi yang afektif memang muncul,
dan kemudian digarisbawahi dengan kata,
"Cinta akan ide tentang kebaikan
adalah dasar segala kebajikan dan kebenaran."
Betapa saya terheran-heran karenanya!

Saya sering dikotbahi
bahwa cinta paling agung adalah cinta yang tampak
pada cinta Tuhan pada ciptaanNya.
Sebuah cinta tanpa batas,
yang sudah melupakan ide
menyingkirkan nafsu,
atau sebaiknya disebut...
Mengatasi dua hal tadi.
Sebuah cinta yang ditampilkan oleh Mas Hosea
yang mau menikahi seorang PSK,
Mbak Gomer Binti Diblayim.

Sekarang.....
Saya mojok sendirian.
Setelah ditanyai oleh si-KOmang,
Setelah diinterogasi oleh Eun-Cha,
Setelah ditohok oleh Mas AriaSeta....
yang bertanya, seperti apa cintamu padaku?

Saya hanya diam,
karena untuk kabur rasanya akan sangat wagu....

Lalu si-Cinta bertanya,
"Menurut engkau, siapakah aku ini?"
Dalam Putus asa saya berbisik,
"Mau apakah engkau dari padaku? Saat ku belum tiba!"
Kemudian membalikkan badan dan berkata,
"Auk ah, Gelap! Emang Gue Pikirin!"

Saat itu saya memejamkan mata,
karena telah merah padam wajah saya,
karena malu,
Di hadapan si-Cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar