Senin, 09 Februari 2009

BIngOeng.....

















Saya sedang bingung,
Setelah menenggak empat gelas (garis bawahi, empat gelas...bukan empat cangkir!) kopi. Saya memutuskan bahwa kebingungan saya disebabkan oleh hal-hal yang tidak saya mengerti. Kenyataan ini membuat saya langsung sadar betapa absurdnya hidup saya, khususnya hari ini saat saya sedang bingung, tanpa tahu sebabnya.

Menyebalkan memang, menyadari bahwa banyak hal yang membuat bingung, membuat satu hari yang indah rusak, tanpa kita tahu apa (atau siapa) sang-penyebab tersebut. Mencari akar suatu masalah, hal itu sudah ditanamkan pada saya waktu belajar filsafat dulu. Newton bilang soal aksi dan reaksi. Buddha bilang soal sebab dan akibat. Teman-teman Hindu menamainya Karmapala. Maka, keadaan bingung tanpa sebab jelas itu membuat saya makin depresi. HIngga teman-teman ditempat kerja bertanya-tanya, mengapa saya yang biasanya cengengesan bisa jadi seperti ayam nelan karet.

Bingung!
Barangkali itu juga yang jadi sebab Martin Heidegger mau menulis sebuah buku tebal yang membuat kepala saya puyeng, Sein und Zeit! "The most thought-provoking thing in our thought-provoking time is that we are still not thinking."
-What is Called Thinking?

Nah, bukankah pertanyaan beliau membuat saya jadi mikir, soal apa itu mikir? Heidegger bilang, bahwa manusia lahir tanpa persiapan. Tidak seperti anak ayam, yang begitu netas udah siap jalan, manusia lahir tanpa bisa apa2. Udah gitu manusia lahir tanpa bisa milih lahir di mana. Tahu-tahu sudah hidup.... dan kehidupan itu hanya membuat dia sadar, kalo dia harus mati!

Yup, Sein zu Tode!
Hidup untuk mati!
Finish!
Bubar!

Jadi buat apa saya bingung,
saya juga bakal mati kok!

"Di depan malam ini yang penuh dengan pratanda dan bintang, aku membuka diriku untuk pertama kalinya kepada perasaan ketidakperdulian dunia. Mengakui bahwa semuanya sama saja, bahkan seakan saudaraku, maka aku pun merasakan bahwa aku dulu bahagia dan aku pun sekarang masih. Supaya semuanya terlaksana dengan baik, supaya perasaan sepiku agak berkurang, tiada lain aku berharap semoga nanti pada hari aku dieksekusi akan ada banyak penontonnya di mana mereka akan menerimaku dengan jeritan kebencian."
Albert Camus, L’Étranger

1 komentar:

  1. kak... makasih untuk commentx di blogQ...matur nuwun sanget...hehe(kangen ngomong jawa)
    itu gereja di mana? keren banget...
    ka djenar katolik/protestan?

    BalasHapus